Dikerjain Google Maps


Kira-kira 3 hari lalu, saya mendapat tugas dari atasan saya untuk mengurus sebuah surat izin. Yang namanya surat izin, apalagi yang berbau nasional, sudah pasti ngurusnya ke Dinas Perizinan. Lengkapnya, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Satu Pintu. Nah tuh, panjang kan?

Pertanyaannya adalah, kenapa harus satu pintu? Kenapa nggak dua atau tiga? Ntar kalau antrian panjang kan susah tuh masuknya? Hehehehehehe….

Ngurus izinnya sih nggak ada masalah, soalnya udah bisa registrasi online sebelum datang langsung ke kantornya untuk cek kelengkapan dan keabsahan berkas asli. Yang jadi masalah adalah lokasi kantornya. Dari kantor saya jaraknya tidak terlalu jauh… Cuma lebih dari 30 km saja kok. Nggak sulit buat saya yang udah terbiasa jalan panjang berseliweran keliling kota dan desa-desa sampai ke pelosok negeri.

Gampang kepalamu.

Singkatnya, setelah selesai registrasi online, saya langsung mempersiapkan berkas yang harus dibawa, catat alamat kantor tujuan, cek lokasi lewat Google Earth (supaya nanti sampai di lokasi nggak pakai celingak-celinguk nyari gedung yang mana…) . Persiapan sih, oke.

Udah tau kan lokasi kantornya?” , atasan saya bertanya.
”Aman pak, tinggal lihat map saja kok”

Oke, semua sudah lengkap. Berangkat.
Buka Google Maps, masukkan alamat tujuan, tekan navigate, dan saya langsung disambut suara manis nan merdu mbak Google Maps, “Kearah Utara…”
Perkiraan waktu tiba di tujuan, 1 jam 40 menit. Waktu menunjukkan Jam 12.10. Estimasi tiba jam 13.50

Sip… Yuk jalan dulu…
Mulai jalan, lurus ke arah utara kira-kira 20 menit perjalanan (benar-benar lurus, nggak ada belok sekali pun…)
”Dalam 400 meter, belok kanan”
Oke, mbak…
”Dalam 200 meter, belok kiri”
Oke, mbak…

Setelah berkali-kali disuruh belok kiri-kanan akhirnya saya sampai juga ke… Gerbang Tol.
FYI, saya naik sepeda motor, dan SEPEDA MOTOR DILARANG MASUK JALAN TOL!

Sial, saya lupa memilih avoid tolls di route option Google Maps nya. Apa boleh buat, terpaksa putar balik, dan seperti biasa, si mbak akan otomatis memilihkan rute lain.

Oke deh mbak, saya masih percaya sama mbak.

Lanjut jalan.
Kali ini rute yang dipilih si mbak adalah jalan yang lebih kecil dan sepi.
”Itu sih karna saya nggak mau lewat tol, makanya dipilihkan jalur seperti ini”
Lanjut.
”Dalam 600 meter, belok kiri”
Oke, mbak…
”Oh, jalan perkebunan, toh…”
”Dalam 400 meter, belok kanan”
Oke, mbak…
”Oh, bener-bener masuk ke kebun sawit ya?”
”Dalam 500 meter, belok kanan”
Ooo, serius nih mbak?
“Aspalnya kemana ya? Kok udah tinggal tanah aja nih jalannya?”

Cek map, udah dekat, kok. Cuma tinggal 3 kali belok, sekitar 20 menit sampai.
”Dalam 4 kilometer, belok kiri”
Mulai khawatir.
”Daripada putar balik, udah terlalu jauh, mendingan hajar maju terus, rute yang ginian sih udah biasa…”
”Dalam 2 kilometer, belok kanan”
Sangat, sangat khawatir.
”Ini jalan kok banyak rumputnya ya? Kayaknya jarang dilewati…”

Tetap. Maju terus dan… Ketemu kubangan lumpur.
Oke, gimana nih?”

Lihat kiri, lihat kanan, kebun sawit.
Lihat kebelakang, cuma terlihat hanya gumpalan debu.
Lihat kedepan…
Kayaknya ada bangunan tuh, mungkin itu ujung perkebunan menuju ke jalan aspal”
Yeah, maju terus. Cuma lumpur ginian, sudah biasa.
Gass poll dan…
Nyungsep ke lumpur.

Sialan, siapa yang gali sumur ditengah jalan, nih?”
Maju nggak bisa, mundur lebih nggak bisa lagi. Tarik gas semakin dalam, sampai kandas… dan lubang yang telah tercipta akibat putaran roda semakin dalam.
Celana dan sepatu udah belepotan lumpur, untung berkas-berkas aman di tas ransel.
Gimana mau masuk ke kantor dinas kalau penampilan udah kayak orang-orangan sawah gini?”

Apa boleh buat, lepas sepatu, lepas celana, gulung celana dan singsingkan lengan baju.
SERET SEPEDA MOTORNYA!
Setelah 1 jam yang melelahkan, menarik sebuah sepeda motor matic di kubangan lumpur (udah mirip kerbau disawah, kan?) akhirnya berhasil sampai ke ujung kubangan lumpur.

Panas, gerah, keringat, kotor (udah pasti bau, lah) dan kesal.
Yang paling bikin kesal adalah, saya tidak tahu harus kesal sama siapa.
Kalau mau kesal sama Google Maps, masa saya harus menuntut pihak Google?
Terbayang tuh jadi headline news, “Seorang Pengguna Google Maps menuntut Google karena dengan gobloknya masuk ke kubangan lumpur dan terjebak selama satu jam”.
Okay, enough with that.
Setelah belok ke kiri, saya ketemu dengan sebuah bendungan irigasi sawah dan…. JEMBATAN BATANG KELAPA!!!  Eng, ing, eng….
Tau kan Jembatan apa yang saya maksud?
Dua buah batang kelapa diletakkan dari ujung ke ujung irigasi sebagai pengganti jembatan. Tanpa pembatas tepi, tanpa pegangan, apalagi tali pengaman. Mimpi apa tadi malam ya?

Gimana caranya saya bisa lewat dengan sukses diantara kedua batang pohon kelapa yang dijadikan jembatan tadi udah nggak penting lagi. Pokoknya saya berhasil lewat dan masuk ke sebuah perkampungan, terus jalan dan mulai ketemu dengan beberapa orang penduduk yang menatap aneh ke arah saya.
Ada yang cuma melirik-lirik. Ada yang senyum-senyum. Ada yang tertawa. Ada juga beberapa cewek, mungkin anak SMU, yang sedang berjalan di tepi sawah sampai menutup mulut waktu berpapasan dengan saya. Mungkin mulutnya bau, habis makan gabah. Beberapa anak SD bahkan sambil berlari-lari ngejar saya sambil teriak-teriak dan tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan.

”Orang ganteng seperti saya lewat, sudah pasti mereka terheran-heran dan kagum. Buktinya itu cewek-cewek tadi sampai menutup mulut. Mereka malu kalau sampai aroma tak sedap tercium orang keren seperti saya toh?”
Akhirnya saya ketemu SPBU, tanpa basa-basi, langsung serbu toilet (tetap diiringi tatapan penuh kagum orang-orang disekitar saya). Gosok sana gosok sini, cuci sana cuci sini. Lumayan bisa hilang sedikit lumpur dan debu dari pakaian dan sepatu.

Lanjut ke kantor dinas perizinan, karena sebelumnya sudah cek lewat Google Earth, jadi nggak sulit menemukan kantornya. Lirik ke jam, sekarang 15.11.

Coba tanya-tanya ke petugas, dan mendapatkan jawaban yang sangat menyejukkan hati.
WAKTU PELAYANAN PENGURUSAN PERIZINAN ADALAH 8.00 SAMPAI 15.00”Maaf pak, untuk pelayanan pengurusan perizinan, kami tutup jam 15.00, silahkan kembali besok mulai  jam 08.00”

Ampun om
Udah nggak minat lagi berdebat, lah.

No comments

Silahkan tinggalkan komentar anda

Powered by Blogger.